Di antara sebab terbesar untuk tetap teguh dalam ketaatan kepada Allah adalah jujur dan ikhlas kepada Allah Jalla wa ʿAlā, karena Allah Taʿālā tidak mungkin mengecewakan hamba-Nya yang jujur dan diberi taufik.
Oleh karena itu, disebutkan dalam hadis bahwa ada seseorang yang beramal dengan amalan ahli surga, tetapi, mengapa dia tidak teguh dalam ketaatan?
Beliau bersabda, “…menurut pandangan manusia.” Dia tidak jujur, ada sifat riyāʾ (pamer). Dalam hatinya tersembunyi sifat buruk seperti ujub (bangga diri), riyāʾ (pamer), sombong, atau tertipu oleh amalannya sendiri. Dia juga merendahkan orang-orang yang melakukan maksiat.
Beliau bersabda, “Ada seseorang yang beramal dengan amalan ahli surga menurut pandangan manusia…” Mungkin di hatinya ada kecintaan terhadap syahwat, dan ketika ia sendirian dengan larangan Allah, dia melanggarnya. Kita berlindung kepada Allah!
Beliau bersabda, “…hingga jarak antara dia dengan surga tinggal sehasta tetapi dia didahului oleh ketetapan (takdir), sehingga dia beramal dengan amalan penduduk neraka, lalu dia masuk ke dalamnya.” (HR. Bukhari). Kita berlindung kepada Allah! Mengapa? Karena dia tidak jujur kepada Allah.
====
مِنْ أَعْظَمِ أَسْبَابِ الثَّبَاتِ عَلَى طَاعَةِ اللهِ الصِّدْقُ مَعَ اللهِ وَالْإِخْلَاصُ لِلَّهِ جَلَّ وَعَلَا لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى لَا يُمْكِنُ أَنْ يَخْذُلَ عَبْدَهُ الصَّادِقَ الْمُوَفَّقَ
وَلِهَذَا جَاءَ فِي الْحَدِيثِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ لَكِنْ لِمَاذَا لَا يَثْبُتُ ؟
قَالَ: فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ غَيْرُ صَادِقٍ مُرَائٍ فِي قَلْبِه دَسِيسَةُ سُوءٍ مِنْ عُجُبٍ مِنْ رِيَاءٍ مِنْ كِبْرٍ مِنْ غُرُورٍ مِنِ ازْدِرَاءٍ لِأَهْلِ الْمَعَاصِي
فَقَالَ: إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ مُمْكِنٌ يَكُونُ فِي قَلْبِهِ حُبٌّ لِلشَّهَوَاتِ وَإِذَا خَلَا بِمَحَارِمِ اللهِ انْتَهَكَهَا وَالْعِيَاذُ بِاللَّهِ
قَالَ: حَتَّى لَا يَكُونُ بَيْنَهُ بَيْنَ الْجَنَّةِ إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا وَالْعِيَاذُ بِاللَّهِ لِمَاذَا ؟ لِأَنَّهُ مَا كَانَ صَادِقًا مَعَ اللهِ